Rational Emotive Therapy
Dalam konseling ada
beberapa pendekatan yang bisa digunakan oleh seorang konselor untuk untuk
membantu memberikan layanan kepada klien mengenai permasalahanya. Salah satunya
adalah Layanan Konseling dengan pendekatan Rational Emotive Therapy (RET),
Nahloh penasaran kan dengan apa yang gua maksut dengan RET? Haha pantenging
terus dhe layar lu pada :)
A. Pengertian Pendekatan Konseling Rational Emotive Therapy (RET)
Menurut Andi Mappiare, Rational
Emotive Therapy (RET) adalah
suatu rancangan terapeutik dalam konseling atau psikoterapi.[1] Kemudian W.S. Winkel dalam bukunya Bimbingan
dan Konseling di Institusi Pendidikan memberikan pengertian Rational Emotive Therapy adalah corak
konseling yang menekankan kebersamaan dan interaksi antara berfikir dengan akal
sehat, berperasaan, dan berperilaku, serta sekaligus menekankan bahwa suatu
perubahan yang mendalam dalam cara berfikir dapat menghasilkan perubahan yang
berarti dalam cara berperasaan dan berperilaku. Maka, orang yang mengalami
gangguan dalam alam perasaannya, harus dibantu untuk meninjau kembali caranya
berfikir dan memanfaatkan akal yang sehat.[2]
Teori ini kembangkan
pada tahun 1950-an oleh Albert Ellis,
seorang ahli clinical psychology (psikologi klinis).[3] Dalam Rational Emotive Therapy
ini mementingkan berfikir rasional sebagai tujuan terapeutik, menekankan
modifikasi atau pengubahan keyakinan irasional yang telah merusak berbagai
konsekuensi emosional dan tingkah laku. Atau secara ringkasnya seorang klien
didukung untuk menggantikan ide-ide yang tidak rasional dengan ide yang lebih
rasional untuk memecahkan permasalahan yang dihadapi dalam hidupnya.[4]
Adapun
tujuan utama Rational Emotive Therapy
ini adalah menghilangkan kecemasan, ketakutan, kekhawatiran, dan ketidakyakinan
diri. Dan untuk mencapai perilaku yang rasional, kebahagiaan, dan aktualisasi
diri.[5] Dalam konseling rational emotive, seorang konselor harus menempatkan
dirinya sebagai seorang pribadi yang lebih aktif untuk menelusuri masalah yang
dihadapi seorang klien.
B.
Hakekat manusia menurut
Rational Emotive Therapy (RET)
Rational Emotive
Therapy (RET) adalah aliran psikoterapi yang berlandaskan
bahwa manusia dilahirkan dengan potensi, baik untuk berfikir rasional dan jujur
maupun untuk berfikir irasional dan jahat.[6] Ada beberapa pandangan terkait hakikat manusia yang diajukan oleh Albert
Ellis, yang mewarnai teori Rational
Emotive Therapy ialah sebagai berikut:[7]
a.
Manusia dipandang sebagai makhluk yang rasional dan juga tidak rasional.
Pada hakikatnya manusia
itu memiliki kecenderungan untuk berfikir yang rasional atau logis, disamping
itu juga ia memiliki kecenderungan untuk berfikir tidak rasional atau tidak
logis. Kedua kecenderungan yang dimiliki oleh manusia ini akan tampak dengan
jelas dan tergambar dalam bentuk tingkah lakunya yang nyata. Dengan kata lain,
dapat dijelaskan apabila seseorang telah berfikir rasional atau logis yang
dapat diterima dengan akal sehat, maka orang itu akan bertingkah laku rasional
dan logis pula, atau disebut sebagai manusia
yang sehat. Tetapi sebaliknya apabila seseorang itu berfikir yang tidak
rasional atau tidak bisa diterima akal sehat maka ia menunjukkan tingkah laku
yang tidak rasional, atau dalam Rational
Emotive Therapy (RET) disebut sebagai manusia
yang tidak sehat. Pola berfikir semacam inilah oleh Ellis yang disebut
sebagai penyebab seseorang itu mengalami gangguan emosional.
Albert Ellis mengungkapkan beberapa
factor (penyebab) manusia berfikir tidak rasional, diantaranya:
1.
Bahwa seseorang itu pada hakikatnya ingin dihargai, dicintai ataupun
disayangi oleh setiap orang.
2.
Bahwa seseorang itu memiliki kecenderungan untuk ingin yang serba sempurna
dalam hidupnya.
3.
Bahwa diantara manusia ini tidak semuanya tergolong baik, dan ada pula
manusia yang tergolong jahat, kejam, dan jelek.
4.
Manusia memiliki kecenderunagn memandang bahwa malapetaka yang terjadi
sebagai suatu yang tidak diinginkan.
5.
Ketidaksenangan, ketidakpuasan, ataupun ketidakbahagiaan pada seseorang itu
dipandang bersumber dari kondisi luar dirinya semata.
6.
Seseorang memiliki kecenderungan untuk hidup bergantung kepada orang lain.
7.
Seseorang memiliki kecenderungan lebih mudah menghindari tanggung jawab
(kesulitan-kesulitan) daripada menghadapinya.
8.
Seseorang memiliki kecenderungan untuk tidak menghiraukan masalah-masalah
orang lain. Karena dipandang oleh seseorag bahwa masalah orang lain itu tidak
ada sangkut pautnya dengan dirinya sendiri.
9.
Pengalaman masa lalu dipandang sebagai suatu factor yang menentukan tingkah
laku masa kini (sekarang).
10.
Seseorang memiliki kecenderungan untuk mencari pemecahan suatu masalah yang
sempurna.
b.
Pikiran, perasaan, dan tindakan manusia adalah merupakan suatu proses yang
satu dengan yang lainnya tidak dapat dipisahkan.
Rational Emotive Therapy (RET) memandang bahwa
manusia itu tidak akan bisa lepas dari perasaan dan perbuatannya. Perasaan
seseorang senantiasa melibatkan pikiran dan tindakannya. Tindakan selalu
melibatkan pikiran dan perasaaan seseorang. Apabila seseorang merasakan
sesuatu, maka ia memikirkan dan bertindak tentang sesuatu itu. Demikian pula
sebaliknya. Karena itu untuk memahami bentuk-bentuk penyimpangan tingkah laku
tertentu pada seseorang, maka hendaknya dipahami bagaimana ia berperasaan,
berfikir, menerima dan melaksanakan sesuatu itu, serta apa yang ada dibalik
semua itu.
c.
Individu bersifat unik dan memiliki potensi untuk memahami keterbatasanya,
serta potensi mengubah pandangan dasar dan nilai-nilai yang diterimanya secara
tidak kritis.
Individu itu dilahirkan
dengan membawa potensi-potensi tertentu, ia memiliki berbagai kelebihan dan
kekurangannya serta keterbatasannya yang bersifat unik. Sesuai dengan prinsip
diferensiasi bahwa seseorang itu tidak
ada yang identik atau sama persis. Rational
Emotive Therapy (RET) memandang bahwa individu itu memiliki potensi untuk
memahami kelebihan-kelebihan dan keterbatasan-keterbatasannya itu. Namun disela-sela
kelebihan dan keterbatasan itu individu harus memiliki potensi untuk
berpandangan yang rasional dan realistis, agar individu itu mampu melakukan
adaptasi diri dengan baik.
C.
Fungsi dan peran
konselor dalam Rational Emotive Therapy (RET)
Fungsi konselor dalam Rational
Emotive Therapy ini adalah mengajak dan membuka ketidaklogisan pola
berfikir klien dan membantu klien mengubah pikirannya yang irasional dengan
mendiskusikannya secara terbuka dan terus terang.[8]
Peran konselor dalam
proses konseling rasional emotif akan tampak jelas dengan langkah-langkah
konseling sebagai berikut:[9]
a)
Langkah pertama
Dalam langkah ini
konselor berusaha menunjukkan kepada klien bahwa masalah yang dihadapinya
berkaitan dengan keyakinannya yang tidak rasional. Disini klien harus belajar
untuk memisahkan keyakinan rasional dari yang tidak rasional. Pada tahap ini
peranan konselor adalah sebagai propagandis yang berusaha mendorong, membujuk,
meyakinkan, bahkan sampai kepada mengendalikan klien untuk menerima gagasan
yang logis dan rasional. Jadi, pada langkah ini peran konseling ialah
menyadarkan klien bahwa gangguan atau masalah yang dihadapinya disebabkan oleh
cara berfikirnya yang tidak logis.
b)
Langkah kedua
Peranan konselor adalah
meyadarkan klien bahwa pemecahan masalah yang dihadapinya merupakan tanggung
jawab sendiri. Maka dari itu dalam konseling rasional emotif ini konselor
berperan untuk menunjukkkan dan menyadakan klien, bahwa gangguan emosional yang
selama ini dirasakannya akan terus menghantuinya apabila dirinya akan tetap
berfikir secara tidak logis. Oleh karenanya klienlah yang harus memikul
tanggung jawab secara keseluruhan terhadap masalahnya sendiri.
c)
Langkah ketiga
Pada langkah ketiga ini
konselor berperan mengajak klien untuk menghilangkan cara berfikir dan gagasan
yang tidak rasional. Konselor tidaklah cukup menunjukkan klien bagaimana proses
ketidaklogisan berfikir ini, tetapi lebih jauh dari itu konselor harus berusaha
mengajak klien mengubah cara berfikirnya dengan cara menghilangkan
gagasan-gagasan yang tidak rasional.
d)
Langkah keempat
Peranan konselor
mengembangkan pandangan-pandangan yang realistis dan menghindarkan diri dari
keyakinan yang tidak rasional. Konselor berperan untuk menyerang inti cara
berfikir yang tidak rasional dari klien dan mengajarkan bagaimana caranya
mengganti cara berfikir yang tidak rasional dengan rasional.
D. Teknik-teknik yang digunakan dalam Rational Emotive Therapy (RET)
Sebagaimana telah diuraikan dimuka bahwa inti dari konseling rasional
emotif adalah menghilangkan cara berfkir yang tidak logis yang dapat
menimbulkan gangguan emosional.
Untuk mengatasi masalah
tersebut digunakan berberapa teknik konseling rasional emotif sebagai berikut:[10]
a.
Teknik pengajaran
Dalam konseling
rasional emotif konselor mengambil peranan lebih aktif dari klien. Maka dari
itu teknik pengajaran disini memberikan keleluasaan kepada konselor untuk
berbicaara serta menunjukkan sesuatau kepada klien, teruatama menunjukkan
bagaimana ketidaklogisan berfikir itu secara langsung menimbulkan gangguan
emosional kepada klien.
b.
Teknik konfrontasi
Dalam teknik
konfrontasi ini, konselor menyerang ketidaklogisan berfikir klien dan membawa
klien kearah berfikir logis empiris.
c.
Teknik persuasif
Teknik persuasif, yaitu
meyakinkan klien untuk mengubah pandangannya, karena pandangan yang ia
kemukakan itu tidak benar. Konselor langsung mencoba meyakinkan dan
mengemukakan berbagai argumentasi untuk memunjukkan apa yang diannggap oleh
klien benar tidak bisa diterima atau tidak benar.
d.
Teknik pemberian tugas
Dalam teknik ini
konseor menugaskan klien untuk mencoba melakukan tindakan tertentu dalam
situasi nyata. Teknik ini bisa dilakukan dengan menugaskan kepada klien untuk
bergaul kepada anggota masyarakat kalau mereka merasa dikucilkan dalam
pergaulan, membaca buku untuk memperbaiki kekeliruan cara berfikirnya